MAKALAH ILMU PENDIDIKAN “UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN DI DAERAH TERTINGGAL”

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN
“UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN DI DAERAH TERTINGGAL”


BAB I
PENDAHULULAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan gejala semesta atau fenomena universal dan berlangsung sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Di mana ada kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Menurut Ki Hadjar Dewantara ada tiga pengertian pendidikan, yaitu sangat luas, sempit, dan luas terbatas. Pendidikan sangat luas diartikan sebagai pengalaman belajar sepanjang hidup, pendidikan sempit diartikan sebagai pengaruh yang diberikan oleh seseorang kepada anak di sekolah, dan pendidikan luas terbatas diartikan dalam trisentra pendidikan yang meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tentunya semua manusia membutuhkan pendidikan untuk melangsungkan kehidupan. Namun kenyataan yang terjadi di Indonesia pendidikan masih belum merata. Contohnya, pendidikan di daerah terpencil sangat kurang jika dibandingkan dengan pendidikan di daerah perkotaan. Kurangnya pendidikan di daerah terpencil dapat kita lihat dari minimnya sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga pendidiknya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Mengapa pendidikan di Indonesia tidak merata ?
2.      Bagaimana upaya untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di Indonesia ?

C.    Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk :
1.      Menjelaskan sebab terjadinya pendidikan Indonesia yang tidak merata
2.      Menjelaskan dan menguraikan upaya yang bisa dilakukan untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pendidikan Indonesia yang Tidak Merata
Pendidikan yang tidak merata yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh bebarapa faktor, antara lain :
1.      Pihak terkait dalam sistem pendidikan
Adanya pihak terkait yang utama disini adalah pemerintah, dimana pemerintah sendiri kurang bekerja secara baik dalam mengatasi masalah pendidikan di Indonesia. Disini tidak hanya pemerintah yang perlu diperbaiki, namun tentunya harus ada kerjasama dengan masyarakat di daerah terpencil itu sendiri.
2.      Keadaan geografis Indonesia
Indonesia dengan segala kekayaan yang ada, terkadang sulit untuk dijangkau oleh penduduk Indonesia sendiri. Keadaan geografis yang sulit dijangkau itu merupakan kesulitan dari pemerintah sendiri dalam mengupayakan pemerataan pendidikan di Indonesia.
3.      Sumber Daya Manusia
Masyarakat di daerah terpencil kadang kurang memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia, walau itu sangat sederhana dan minim. Namun, sebenarnya itu merupakan fasilitas yang dapat mereka manfaatkan dalam menjalani sistem pendidikan itu sendiri. Disini juga perlu ada komunikasi dan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat terpencil itu sendiri. Bukan hanya masyarakat, disini para pendidik juga memiliki andil yang cukup besar. Daerah terpencil seolah menjadi daerah yang paling dihindari untuk target daerah yang ingin menjadi tujuan penyaluran pendidikan yang mereka dapatkan.
4.      Minimnya tenaga kerja di daerah terpencil
Indonesia saat ini memiliki tingkat pengangguran yang tinggi, tidak sedikit lulusan sarjana kependidikan yang masih terlunta-lunta mencari pekerjaan. Fenomena ini sangatlah aneh mengingat banyaknya sekolah pelosok yang kekurangan tenaga kerja.
5.      Sumber belajar
Fasilitas dalam proses belajar mengajar di daerah-daerah pelosok sangatlah minim seperti media informasi dan sumber media pembelajaran yang belum terpenuhi dan sulit terjangkau.
6.      Mahalnya pendidikan
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini membuat masyarakat yang tinggal di daerah pelosok tidak dapat merasakan dan menikmati pendidikan dengan baik.

B.       Upaya Pemerataan Pendidikan di Indonesia
                 Pemerataan pendidikan  dilakukan secara adil dan menjadi tanggung jawab bersama. Kesenjangan dapat diatasi dengan pembangunan di daerah terpencil sehingga tercapai pemerataan yang adil. Dalam pembangunan tersebut dibutuhkan partisipasi dari semua komponen karena masalah pemerataan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama. Pemerataan pendidikan dapat berupa pemerataan fasilitas, pemerataan tenaga kerja,  pemerataan sumber belajar, dan pemerataan program-program pendidikan.
1.      Pemerataan fasilitas
Fasilitas adalah komponen pendukung yang penting. Fasilitas dapat memengaruhi suasana pembelajaran serta meningkatkan kualitas pendidikan. Suasana pembelajaran dan kualitas pendidikan merupakan gaya aksi-reaksi yang penting. Fasilitas-fasilitas tersebut yaitu:
a.         Bangunan sekolah
Bangunan sekolah harus dibangun sedemikan rupa sehingga memberikan rasa aman dan nyaman bagi peserta didik untuk belajar. Pembangunan ini dapat berupa pembangunan fisik dan sistem. Pembangunan fisik mengacu pada kelayakan bangunan dan perawatan kebersihan. Pembangunan sistem mengacu pada keteraturan sistem keamanan dan aturan pemakaian.
b.      Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana mendukung proses pembelajaran seperti meja, kursi, papan tulis, kapur atau spidol, penghapus, sapu, dan lain-lain. Sarana dan prasarana juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Komputer, proyektor, dan LCD menjadikan guru maupun siswa lebih leluasa dan kreatif untuk menyampaikan suatu pembelajaran. Jaringan internet memberikan kemudahan untuk guru maupun murid untuk mengakses ilmu pengetahuan lebih luas.
c.       Transportasi
Pembangunan transportasi dapat dilakukan dengan perbaikan jalan, perbaikan jembatan, dan penambahan alat-alat transportasi.
2.      Pemerataan tenaga kerja
Kurangnya kesadaran untuk mengajar di daerah terpencil menunjukkan diperlukannya sosialisasi. Sosialisasi dapat menimbulkan kesadaran bahwa pemerataan pendidikan adalah tanggung jawab bersama yang harus dimulai dari diri sendiri. Sosialisasi tersebut juga dapat dimasukkan dalam pendidikan karakter. Sehingga tercipta karakter generasi penerus yang mau memberikan perhatian dan aksi untuk berkontribusi kemajuan negara melalui pemerataan pendidikan.
Penyusunan penempatan guru yang tepat, baik secara kuantitas dan kualitas, juga merupakan solusi yang efektif. Daerah terpencil tidak hanya membutuhkan banyak guru tetapi juga membutuhkan guru yang berkualitas. Sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan secara kuantitas tetapi juga kualitas. Agar daerah terpencil mengalami kemajuan sehingga tidak ada kesenjangan yang tinggi dan bisa mengejar perkembangan pendidikan.
3.      Pemerataan sumber belajar
a.         Pembangunan perpustakaan yang ideal. Yaitu perpustakaan yang menyediakan banyak buku bervariasi, ada karyawan yang bekerja, dapat dipinjam oleh siswa dengan aturan tertentu, dan menyediakan tempat membaca atau belajar kelompok yang nyaman dan tenang.
b.         Penambahan buku-buku sesuai dengan kebutuhan. Buku-buku tersebut tidak hanya sebatas mata pelajaran yang diikuti. Misalnya buku cerita dan ensiklopedia. buku-buku tersebut dapan menambah wawasan dan meningkatkan minat budaya baca.
c.         Pengenalan dan penggunaan e-learning.
4.      Pemerataan program-program pendidikan
a.       Program wajib belajar
b.      Program diskusi kelompok















BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan, penyusun berharap ada upaya yang lebih baik yang dapat dilakukan dari pihak terkait dalam mengatasi upaya pemerataan pendidikan di Indonesia. Pihak-pihak yang terkait disini adalah beberapa komponen yang saling bekerja sama dengan baik, antara pemerintah dan masyarakat di daerah terpencil. Dari kerjasama yang baik itu juga diharapakan dapat meningkatkan pendidikan Indonesia dalam hal kualitas maupun kuantitas, sehingga sistem pendidikan di Indonesia pun dapat terlaksana dengan baik seperti sistem pendidikan di negara-negara lain.

  
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Pendidikan. Yogyakarta: Erlangga.
Driyakarya. 2006. Karya Lengkap Driyakarya, Esai-esai Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya. Penyunting A. Sudiarja dkk. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Madjid, Nurcholis. 2004. Indonesia Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Siswoyo, Dwi, dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.


Komentar

Postingan Populer