MENGEMBANGKAN PEMIKIRAN MATEMATIS MELALUI SIMBOL VERBAL DAN SIMBOL VISUAL
MENGEMBANGKAN
PEMIKIRAN MATEMATIS MELALUI SIMBOL VERBAL DAN SIMBOL VISUAL
Abstrak
Untuk
mengembangkan pemikiran matematis siswa, guru memerlukan strategi pembelajaran
matematika sehingga apa yang di pikirkan oleh guru cocok dengan apa yang di
tangkap oleh siswa. Para guru matematika dalam pembelajaran matematika harus memiliki strategi yang baik dan
benar supaya siswa dapat memahami konsep-konsep yang di berikan. Kuncinya yaitu
bagaimana interaksi yang di lakukan guru dalam mengomunikasikan kosep kepada
siswa. Dalam mengomunikasikan konsep-konsep
tersebut guru harus mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir matematisnya. Strategi menggunakan simbol verbal dan simbol visual
untuk mengomunikasikan konsep sangatlah cocok untuk hal ini.
Di
dalam makalah ini akan di bahas cara mengembangkan pemikiran matematis siswa
melalui simbol verbal dan simbol visual. Sehingga siswa akan benar-benar
memahami konsep-konsep matematika yang di berikan oleh guru.
Kata
kunci: Pemahaman konsep matematika, alat komunikasi matematika, simbol, strategi mengkomunikasikan konsep.
Pendahuluan
Salah satu penyebab
rendahnya kemampuan berpikir matematis pada siswa ialah masih banyaknya siswa
yang belajar matematika dengan menghafal, tanpa pemahaman yang memadai. Hal ini
di karenakan karena berbagai hal dari keyakinan siswa yang keliru terhadap
matematika dan juga kemampuan guru dalam mengomunikasikan konsep matematika
yang masih kurang dapat di pahami siswa. Masih banyak siswa yang meyakini
matematika sebagai pelajaran yang sulit dan sangat abstrak, sehingga sebagian
siswa tidak antusias dan tidak percaya diri dalam belajar matematika. Oleh
karena itu para guru matematika yang harus membangun keyakinan siswa tersebut.
Para guru matematika dalam
pembelajaran matematika harus
memiliki strategi yang baik dan benar supaya siswa dapat memahami konsep-konsep
yang di berikan. Kuncinya yaitu bagaimana interaksi yang di lakukan guru dalam
mengomunikasikan kosep kepada siswa. Dalam
mengomunikasikan konsep-konsep tersebut guru harus mendorong siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir matematisnya. Dalam menyampaikan konsep matematis, guru matematika harus memiliki
kemampuan representasi matematis atau menyajikan ulang kepada siswa sehingga
mereka paham dari konsep tersebut. Oleh karena itu, untuk mengembangkan
pemikiran matematis pada siswa, guru dapat menggunakan metode pembelajaran
melalui simbol visual dan simbol verbal.
Pembahasan
a. Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Matematika
Dalam proses pembelajaran matematika, pemahaman konsep
merupakan bagian yang sangat
penting. Pemahaman konsep matematis merupakan landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika
maupun permasalahan sehari-hari. Menurut Schoenfeld (1992) berpikir secara
matematik berarti (1) mengembangkan suatu
pandangan matematik, menilai proses dari matematisasi dan abstraksi, dan
memiliki kesenangan untuk menerapkannya, (2) mengembangkan kompetensi, dan menggunakannya dalam dalam pemahaman matematik.
Implikasinya adalah bagaimana seharusnya
guru merancang pembelajaran dengan baik, pembelajaran dengan karakteristik yang
bagaimana sehingga mampu membantu siswa membangun pemahamannya secara bermakna.
Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan
siswa dalam memahami konsep dan dalam prosedur (algoritma) secara
luwes, akurat, efisien dan tepat. Adapun
indikator pemahaman konsep menurut Kurikulum 2006, yaitu:
1.
menyatakan ulang sebuah konsep
2. mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat
tertentu (sesuai dengan
konsepnya)
3.
memberikan contoh dan non-contoh dari konsep
4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis
5. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu
konsep
6. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau
operasi tertentu
7.
mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Dalam NCTM 2000 disebutkan
bahwa pemahaman matematik merupakan aspek yang sangat penting
dalam prinsip pembelajaran matematika. Pemahaman matematik lebih bermakna jika dibangun oleh siswa sendiri.
Oleh karena itu kemampuan pemahaman tidak dapat diberikan dengan
paksaan, artinya konsep-konsep dan logika- logika matematika diberikan oleh
guru, dan ketika siswa lupa dengan algoritma atau rumus yang diberikan, maka siswa tidak dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan matematika.
Siswa
dikatakan memahami konsep jika siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan
contoh dari konsep, mengembangkan kemampuan
koneksi matematik antar berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide matematik
saling terkait satu sama lain sehingga terbangun pemahaman menyeluruh, dan menggunakan matematik dalam konteks di luar
matematika. Sedangkan siswa dikatakan memahami prosedur jika mampu
mengenali prosedur (sejumlah langkah- langkah
dari kegiatan yang dilakukan) yang didalamnya termasuk aturan algoritma atau proses menghitung yang benar.
b. Simbol Sebagai Alat
Komunikasi Pada Pembelajaran Matematika
Menurut Skemp (1979:69) simbol adalah suara atau
sesuatu yang dapat dilihat, yang secara mental berhubungan dengan suatu
ide. Ide inilah arti simbol itu. Tanpa ada ide yang melekat
padanya, maka simbol tersebut tidak mempunyai arti. Simbol dan maknanya harus
diterima sebagai satu kesatuan. Jadi, secara umum simbol adalah gambar, bentuk,
atau benda yang mewakili suatu gagasan, ide, ataupun jumlah sesuatu. Meskipun
simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk
kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat
digunakan untuk keperluan apa saja. Misalnya ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, juga keagamaan. Bentuk simbol tak
hanya berupa benda kasat mata, namun juga melalui gerakan dan ucapan. Simbol
juga dijadikan sebagai salah satu infrastruktur bahasa, yang dikenal dengan
bahasa simbol. Simbol paling umum ialah tulisan, yang merupakan simbol kata-kata dan suara.
Menurut Skemp (1979) fungsi dari simbol yakni:
1.
Komunikasi
2.
Mencatat pengetahuan
3.
Membentuk konsep baru
4.
Membuat bermacam-macam penggolongan
menjadi mudah untuk dipahami
5.
Memberi penjelasan-penjelasan
6.
Membuat mungkin kegiatan yang
dipikirkan
7.
Membantu menunjukkan struktur
8.
Membuat pengerjaan rutin menjadi otomatis
9.
Membangkitkan kembali informasi dan
pengertian
10.
Kegiatan mental yang kreatif
Matematika merupakan bahasa,
artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk
menemukan pola, tetapi matematika juga sebagai wahana komunikasi antar siswa
dan komunikasi antara guru dengan siswa. Komunikasi merupakan bagian yang
sangat penting pada pendidikan matematika. Komunikasi merupakan cara berbagi
ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide dapat dicerminkan,
diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan. Proses komunikasi juga membantu
membangun makna dan mempermanenkan ide dan proses komunikasi juga dapat
mempublikasikan ide. Ketika para siswa ditantang pikiran dan kemampuan berpikir
mereka tentang matematika dan mengkomunikasikan hasil pikiran mereka secara
lisan atau dalam bentuk tulisan, mereka sedang belajar menjelaskan dan
menyakinkan. Mendengarkan penjelasan siswa yang lain, memberi siswa kesempatan
untuk mengembangkan pemahaman mereka (NCTM: 2000).
Didalam mengkomunikasikan makna dari simbol
seorang guru dapat melakukan komunikasi baik verbal maupun visual, diharapkan
makna simbol yang diberikan guru dapat sampai dengan baik kepada siswa sehingga
antara guru dan siswa memiliki persepsi yang sama mengenai makna atau arti dari
sebuah simbol. Banyak hal yang perlu diperhatikan guru didalam menyampaikan
makna dari simbol kepada siswa, misalnya saja perbedaan atau keberagamana
karakteristik didalam kelas. Didalam kelas terdapat tiga golongan pendengar
atau pembaca yakni:
1. Pendengar (siswa) tidak
mengetahui apa yang di bicarakan, tetapi dia tertarik,
2. Pendengar mengetahui apa
yang dibicarakan secara umum
3. Pendengar telah mengetahui
apa yang dibicarakan, tetapi ingin menjatuhkan/ dengan mencari celah.
Agar ketiga golongan tersebut dapat terangkul
terutama untuk golongan yang ketiga maka yang didalam proses pembelajaran guru
harus menonjolkan manfaat dari simbol sehingga siswa menjadi lebih tertarik
untuk mengikuti proses pembelajaran dan didalam suatu pembicaraan, guru tidak
boleh menggunakan simbol yang sama dengan arti yang berbeda, karena dapat
membingungkan siswa.
Tiga aturan sederhana agar simbol (lambang) yang digunakan tidak
salah diartikan
1.
Pastikan bahwa skema yang digunakan itu dikenal dengan baik oleh pendengar/pembaca
2.
Di dalam skema itu buatlah supaya setiap simbol (lambang) hanya
mewakili satu gagasan saja
3.
Janganlah mengubah skema-skema tanpa sepengetahuan
pendengar/pembaca
Hal-hal lainnya yang harus diperhatikan oleh
guru matematika ialah pada konsep-konsep baru, dengan tingkatan yang lebih
tinggi dari yang sudah dipunyai siswa, guru mengomunikasikan padanya melalui
pemberian penggolongan contoh-contoh yang cocok. Satu obyek dapat digolongkan
dengan berbagai cara, dan dengan menggunakan nama-nama yang berlainan untuk
obyek itu. Pilihan simbol (lambang) yang cocok dapat membantu memunculkan
konsep-konsep yang benar.
c. Simbol Visual dan Simbol Verbal
Simbol verbal dapat kita artikan sebagai kata
yang diucapkan dan kata yang dituliskan. Simbol visual jelas dicontohkan dengan
diagram, khususnya gambar bentuk-bentuk geometri. Simbol visual dan verbal
digunakan dalam matematika secara bersamaan maupun terpisah. Oleh karena
itu, kita menemukan diagram-diagram dengan penjelasan verbal dan, bentuk
perhitungan-perhitungan trigonometri; kita menemukan kurva disertai
persamaannya; tetapi kita juga menemukan bentuk aljabar tanpa gambar atau
diagram. Hal itu terlihat seolah-olah simbol verbal (termasuk aljabar) sangat
diperlukan , tetapi simbol visual tidak.
Sifat-sifat yang dapat
dikomunikasikan dan disosialisasikan, dari sistem aljabar verbal
ialah memberikan suatu kontribusi pada keunggulannya dibanding sistem visual.
Namun mana kala kita ingin menyajikan struktur secara keseluruhan dari beberapa
pokok bahasan, argumen, atau situasi, simbolisasi visual kembali dipakai. Nilai
dari simbolisasi visual juga ditunjukkan dengan cara menyatakan
secara gamblang dalam simbol aljabar, dalam wujud pengaturan ruang dari
lambang tertulis. Ketika dituliskan, maka simbol-simbol itu muncul secara
serempak dan pengatura urutannya dikembalikan dengan membaca sepintas dalam
suatu urutan yang telah disepakati. Kita dapat melihat
permulaan dan kesimpulan dari suatu argumentasi, sebelum melakukan
pengamatan secara rinci. Kita dapat menyimpulkan kapan
pun kita ingin, dan ini seringkali menjadi lebih penting ketika argumentasidilibatkan.
Dengan kata lain, verbal/lisan, ketika sudah dituliskan, menunjukkan
keseluruhan struktur tambahan pada implikasi rangkaian – logika di dalam
struktur; dan dapat diteliti dengan cara-cara lain selain
cara konvensional dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah.
Meskipun terkadang symbol visual tidak
dibutuhkan, namun tidak ada keraguan bahwa simbol visual sangat berguna dan
mungkin simbol visual lebih dapat dimengerti daripada simbol verbal dalam
bentuk aljabar. Namun gambaran visual lebih sulit di komunikasikan dari pada yang
lain. Kita harus mengubah pemikiran vokal kita ke dalam ucapan tapi untuk
mengkomunikasikannya kita harus menggambarkannya. Simbol visual lebih sulit di
utarakan di bandingkan simbol verbal. Secara garis besar sifat-sifat
dari kedua jenis simbol tersebut saling melengkapi.
d. Strategi mengkomunikasikan
konsep melalui simbol
Strategi bisa di artikan sebagai rencana
menyeluruh dalam mencapai suatu target meskipu tidak ada jaminan akan
keberhasilannya. Di dalam dunia komunikasi, strategi berarti rencana menyelurh
dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi. Apabila seorang komunikator seperti
guru, instruktur ataupun para praktisi komunikasi lainnya yang ingin
menjelaskan suatu ide atau gagasan, maka salah satu strategi yang harus di
terangkannya ialah masalah prinsip dan ide tadi. Prinsip adalah hubungan
fungsional antarkonsep, dengan demikian mempelajari prinsip berarti mempelajari
konsep-konsep.
Selanjutnya, masalah strategi banyak di kaitkan
dengan istilah metode, teknik, dan taktik. Apabila guru hendak
mengkomunikasikan konsep maka guru tersebut harus memiliki strategi yang benar.
Dalam menyampaikan konsep matematika guru harus memiliki metode komunikasi yang
baik di mana memiliki prosedur yang runtut untuk menyelesaikan serta
menjelaskan aspek-aspek komunikasi. Metode yang dapat di gunakan oleh guru
matematika dalam menyampaikan konsep ialah melalui metode symbol. Dalam
menggunakan metode ini guru harus memilih teknik apa yang akan di gunakan untuk
mengajarkan konsep-konsep tersebut. Guru dalam mengkomunikasikan konsep
matematika akan lebih mudah jika memakai symbol verbal dan symbol visual. Dalam
menyampaikan konsep matematika, guru harus memiliki kemampuan representasi
matematis atau kemampuan menyajikan ulang. Dalam mengkomunikasikan konsep
matematika melalui simbol, guru harus dapat memastikan kapan siswa membutuhkan
penjelasan melalui symbol verbal serta saat membutuhkan simbol visual.
Guru matematika yang baik dalam mengomunikasikan
ide-ide matematik
secara efektif kepada
siswanyaialah mampu:
1. Menyebutkan dan
menuliskan alasan dari setiap langkah penyelesaian masalah matematika yang
dikemukakannya dengan masuk akal, benar, lengkap, sistematis, dan jelas;
2. Menggunakan istilah,
gambar, tabel, diagram,
notasi, atau rumus
matematika secara tepat
3. Menganalisis atau
menilai pikiran matematis orang lain.
Penutup
Guru matematika dalam mengembangkan pemikiran
matematis kepada siswa dapat melalui simbol untuk mengomunikasikan
konsep-konsep matematika. Simbol memiliki makna tersendiri. Tanpa makna yang
melekat padanya, simbol-simbol pada matematika menjadi tidak berarti, dan
kering akan makna. Matematika sendiri
merupakan bahasa, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir,
alat untuk menemukan pola, tetapi matematika juga sebagai wahana komunikasi
antar siswa dan komunikasi antara guru dengan siswa, dimana pada matematika
terdapat simbol-simbol. Didalam mengomunikasikan makna dari simbol
banyak hal yang perlu diperhatikan oleh guru, misalnya saja keberagaman
karakteristik siswa dikelas, sehingga makna dari simbol tersebut dapat sampai
dengan baik pada siswa serta guru harus dapat memastikan kapan siswa
membutuhkan penjelasan melalui symbol verbal serta saat membutuhkan simbol
visual.
Daftar Pustaka
Skemp, R. R. (1971).
The Psychology of Learning Mathematics. England: Penguin Books.
Schoenfeld,
A.H. (1992). Learning to Think
Mathematically: Problem Solving, Metacognition and Sense of Mathematics. D.
A. Grouws (Ed). New York: Macmillan. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/6928/1/P-18%20Pendidikan(Nila%20K).pdf. [4 November
2014].
National
Council of Teachers of Mathematics (2000). Principles
and Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/6928/1/P-18%20Pendidikan(Nila%20K).pdf. [4 November
2014].
Yusuf, Pawit M.
(2010). Komunikasi Instruksional. Jakarta:
Bumi Aksara.
Komentar
Posting Komentar